Senin, 13 Oktober 2008

Sekilas Info "Hati berlemak"


Hati Berlemak Tidak Bahaya
Biasanya, Fungsi Liver Tetap Optimal
ORANG gemuk pasti dihubungkan dengan kelebihan lemak. Namun, ada satu penyakit yang lemaknya berlebih tapi tidak selalu tampak gemuk. Itu adalah perlemakan hati. Perlemakan hati ini sejenis penyakit hati kronis. Dan, perlemakan hati ini mulai banyak dialami orang Indonesia. Kenapa hal itu bisa terjadi?
Selain alkohol. "Ada sel-sel lemak yang infiltrasi atau masuk ke dalam hati. Dampaknya, lemak tentu saja menetap di liver," tutur dr Poernomo Boedi SpPD. Penyebabnya paling sering adalah konsumsi alkohol berlebihan. "Itu kalau di negara Eropa. Tapi, di Indonesia, perlemakan hati kebanyakan diakibatkan infeksi virus," lanjut staf medis Lab/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair/RSU dr Soetomo Surabaya itu.
Selain alkohol, masih banyak penyebab lain timbulnya perlemakan hati. Mulai dari obat-obatan sejenis tetrasiklin, dan kortison. Juga, nutrisi yang salah. Misalnya, obesitas, kekurangan protein bahkan kelaparan. Gangguan maupun perubahan hormonal juga dapat menimbulkan fatty liver atau perlemakan hati ini. Antara lain kencing manis, juga saat kehamilan.

Umumnya, yang menyebabkan fatty liver itu kencing manis tipe juvenile atau yang timbul pada usia muda. Sedangkan, pada kehamilan, biasanya baru muncul saat akhir kehamilan. Ini yang kadang-kadang membuat si bayi lahir prematur.
Namun, ada satu hal yang tidak perlu dikuatirkan penderita. Sebab, meski hatinya berlemak, tapi tidak selalu fungsi hatinya terganggu. "Justru hasil laboratorium kebanyakan penderita menunjukkan fungsi yang cukup bagus," katanya.
Tanpa keluhan. Kondisi ini memang belum bisa disebut sebagai penyakit. Sebab, gambarannya hanya dapat dilihat pasti dari hasil pemeriksaan tambahan. Seperti laboratorium, dan USG. Hati berlemak jarang menimbulkan keluhan. Pasalnya, perlemakan ini timbulnya perlahan-lahan.
Gejala klinis yang dikeluhkan penderita paling-paling perut terasa penuh. Perut terasa penuh ini disebabkan lemak kebanyakan menumpuk di hati bagian atas. Sehingga, perut daerah ulu hati kadang-kadang terasa keras. "Namun, kadang-kadang penyakit ini juga timbul tanpa keluhan," ujarnya.
Lantas, bagaimana bisa tahu kalau hatinya berlemak? "Kondisi ini sering ditemukan saat penderita sedang check-up lengkap," jelasnya. Hasil laboratorium menunjukkan SGOT dan SGPT-nya (pemeriksaan fungsi hati) menunjukkan kelainan. Bisa meningkat, atau justru menurun. Bila ternyata gambaran USG-nya seperti hepatitis, tapi secara laboratorium tidak ditemukan penanda virus, kemungkinan besar itu fatty liver.
Bila melihat penyebabnya, maka relatif mudah menangani orang yang mengalami fatty liver. Cukup dengan menghilangkan penyebabnya, maka timbunan lemak dalam hati itu lama-kelamaan bisa menurun, bahkan hilang. "Jadi, bagi yang suka mengonsumsi alkohol, sebaiknya ya dihentikan," anjurnya. Selain itu, olahraga teratur ditambah diet seimbang bisa mempercepat penurunan lemak di hati.

Kuncinya Serba Cukup:
Lantas, bagaimana cara menghindari fatty liver ini? Beberap tip berikut mungkin bisa menjadi pertimbangan Anda sebagai cara pencegahannya. Namun, bila Anda masih ragu dengan kondisi tubuh Anda, segera konsultasikan dengan ahlinya.

  • Ø Jangan mengonsumsi minuman beralkohol berlebihan. Sebab, alkohol dapat menurunkan kecepatan metabolisme tubuh dan pengeluaran lemak dari tubuh. Sehingga, ini mempercepat timbulnya perlemakan hati.
  • Ø Perhatikan pola makan Anda. Obesitas merupakan salah satu penyebab terbanyak. Untuk itu menjaga berat badan tetap ideal merupakan jalan terbaik.
  • Ø Bagi yang berdiet, berhati-hatilah. Jangan sampai kekurangan gizi, terutama protein. Sebab, kondisi inipun bisa mempengaruhi penimbunan lemak di hati.
  • Ø Berkonsultasilah dengan dokter Anda. Mungkin ia bisa menunjukkan diet yang tepat. (tha/berbagai sumber)